Artikel-Pemuda "Koki" Demokrasi
|
Dalam panggung demokrasi, pemuda seringkali ditempatkan sebagai "penonton" atau sekadar "pemula". Mereka dianggap sebagai generasi penerus yang masih harus banyak belajar.
Namun, di tengah gegap gempita arus informasi dan desakan perubahan, narasi ini usang. Pemuda bukan lagi calon pemimpin masa depan; mereka adalah aktor demokrasi masa kini.
Demokrasi bukan hanya tentang mencoblos lima tahun sekali. Ia adalah sebuah kultur, seperangkat nilai, kebiasaan, dan praktik hidup bersama. Dalam membangun kultur inilah pemuda memegang peran yang paling strategis dan transformatif.
Lokomotif Perubahan di Era Digital
Jika dahulu ruang ekspresi dibatasi oleh panggung tradisional dan media arus utama, kini dunia digital telah menjadi alun-alun tanpa batas.
Pemuda adalah penghuni asli alun-alun ini. Mereka menggunakan media sosial bukan hanya untuk berbagi kehidupan pribadi, tetapi untuk:
- Menyuarakan Kritik: Melalui utas X, Instagram, Facebook, video TikTok, atau podcast, pemuda mengkritik kebijakan yang dianggap tidak adil dengan bahasa yang lugas dan langsung,
- Mobilisasi Massa: Aksi solidaritas, petisi online, dan penggalangan dana untuk isu-isu sosial dan lingkungan seringkali digerakkan dari genggaman tangan pemuda, dan
- Mendobrak Echo Chamber: Pemuda memiliki akses ke perspektif global. Mereka tidak mudah terjebak dalam ruang gema (echo chamber) informasi yang sama, sehingga mampu membawa wawasan baru dan mempertanyakan status quo.
Kemampuan adaptif inilah yang membuat pemuda menjadi lokomotif perubahan, mendorong demokrasi menjadi lebih dinamis, responsif, dan inklusif.
Dari Apatis ke Aktif: Tantangan dan Peluang
Memang, stigma tentang apatis politik masih melekat pada sebagian pemuda. Namun, "apatis" seringkali adalah respons terhadap politik yang dianggap busuk, tidak relevan, dan penuh intrik. Pemuda tidak apatis terhadap nilai-nilai demokrasi seperti keadilan, kesetaraan, dan HAM mereka justru haus akan hal itu.
Tantangan terbesarnya adalah mengalihkan energi kritis ini dari sekadar protot di dunia maya menjadi aksi nyata yang membangun. Di sinilah kultur demokrasi perlu ditanamkan.
Merajut Kembali Kain Kultur Demokrasi
Bagaimana pemuda dapat aktif membangun kultur demokrasi yang sehat?
- Melampaui Politik Identitas: Demokrasi sejati menghargai perbedaan, tetapi tidak terjebak pada sentimen primordial. Pemuda ditantang untuk membangun narasi politik yang berbasis pada visi dan program, bukan sekadar simbolisme suku, agama, atau ras.
- Menjadi Penjaga Etika Digital: Di era hoaks dan ujaran kebencian, pemuda harus menjadi garda terdepan dalam literasi digital. Menyebarkan informasi yang verifikasi, berdebat dengan santun, dan melawan narasi kebencian adalah bentuk kontribusi nyata.
- Terlibat dalam Proses Kebijakan: Partisipasi tidak berhenti pada pemilu. Pemuda dapat mengawal Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), terlibat dalam musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang), atau bergabung dengan organisasi masyarakat sipil untuk memastikan suara mereka didengar.
- Kritis, Bukan Sinis: Mudah untuk menjadi sinis dan menyerah pada sistem. Namun, semangat demokrasi ada pada mereka yang kritis—yang masih percaya bahwa perubahan mungkin dan berjuang untuk mewujudkannya, langkah demi langkah.
Penutup: Pemuda sebagai Arsitek Masa Depan
Kultur demokrasi bukan warisan yang pasif kita terima. Ia adalah taman yang harus kita rawat setiap hari. Pemuda, dengan idealismenya, energinya, dan kemampuannya beradaptasi, adalah arsitek dan tukang kebun yang paling dibutuhkan.
Masa depan demokrasi tidak ditentukan oleh orang-orang yang berpangku tangan, tetapi oleh mereka yang berani turun ke gelanggang, merajut dialog, dan membangun konsensus.
Mari kita geser peran dari sekadar "pemilih pemula" menjadi "koki demokrasi" yang aktif meracik, mengolah, dan menyajikan masa depan bangsa yang lebih adil, sejahtera, dan beradab. Karena demokrasi yang sesungguhnya lahir dari kebiasaan, dan kebiasaan itu dimulai dari diri kita, hari ini.
Ditulis Oleh : M. Taupik Rahman (Koordiv Hukum, Pencegahan, Parmas, dan Humas Bawaslu HST)